Selasa, 24 Juli 2007

CERITA IBU TENTANG IKHWAN SEJATI

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya."ibu, ceritakan padaku tentang Ikhwan Sejati". Sang ibu tersenyum dan menjawab.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar. Tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang. Tetapi dilihat dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat disekitarnya. Tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat kerja. Tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan. Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang. Tetapi dari hati yang ada dibalik itu.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja. Tetapi dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan. Tetapi dari tabahnya menjalani lika-liku kehidupan.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca Qur'an. Tetapi dari konsistennya dia terhadap apa yang ia baca.
Setelah itu, ia bertanya. "Siapakah yang dapat memenuhi kriteria itu, Ibu?".
Sang ibu memberinya buku dan berkata. "Pelajari tentang dia". Ia pun mengambil buku itu "MUHAMMAD", judul yang tertulis dari buku itu.
Terjemahan bebas oleh Desita Arrova Dewi. MaPI No.1,1422 H