Kamis, 18 Desember 2008

fItRi...

jiwa yang menjaga kelap tidurnya
teTaP SManGAt tuk LeWAti sgala sesuatunya
hdapi mslah dngan astafirullah
dan syukuri smua dngan alhamdullilah
DiA...TeMAn sePErjuAgan tuk RaIH miMpi
Teman tuliskan penaq d lembar kosong...
hdaPI lh Hdup...
krena kta pasti bertemu Di hari NaNTi

®FaHmI FaDiLLaH

Kamis, 30 Oktober 2008

Doa Yang Indah...

Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.
"Tidak. Itu bukan untuk Allah singkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya."

Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.
"Tidak. Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara."



Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku kesabaran.
"Tidak. Kesabaran adalah hasil dari kesulitan; itu tidak dihadiahkan, itu harus dipelajari."

Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
"Tidak. Allah memberimu berkat. Kebahagiaan adalah tergantung padamu."

Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
"Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat pada Allah."

Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku.
"Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi Allah akan memangkas untuk membuatmu berbuah."

Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup.
"Tidak. Allah akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal."

Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihiku.
"Akhirnya kau mengerti wahai diri. HARI INI ADALAH MILIKMU. JANGAN SIA-SIAKAN. Bagi dunia kamu mungkin hanyalah seseorang, Tetapi bagi seseorang kamu adalah dunianya.

Sebuah Harapan

Padamu kugantungkan harapan itu
Dikejauhan, kunikmati keindahan mu
Kurasakan kesejukan yang kau pancarkan
Bersamamu dunia terasa mempesona
Kuterhanyut oleh kehadiranmu

Namun, dimana kau kini
Apa yang terjadi denganmu

Tangan – tangan itu
Menjauhkanmu dariku
Lenyap begitu saja
Tak ada kabar berita
Bagaikan ditelan bumi

Aku disini menunggumu
Menunggu….dan akan terus menunggu
Menanti terwujudnya harapan itu


Dini hari,dibulan Desember 2007

Sabtu, 25 Oktober 2008

Tips Meredam Marah

Marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah saw bersabda Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai (H.R. Ahmad).

DAlam riwayat Abu Hurairah dikatakan Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah (H.R. Malik).

Menahan marah bukan pekerjaan gampang, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang bikin gara-gara yang memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja, tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.

Cara-cara meredam atau mengendalikan kemarahan:

1. Membaca Ta'awwudz. Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).

2. Berwudlu. Rasulullah bersabda Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).

3. Duduk. Dalam sebuah hadist dikatakanKalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).

4. Diam. Dalam sebuah hadist dikatakan Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).

5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuahhadist dikatakan Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)


dikutip dari www.perpustakaan-islam.com